Makanan Barat Datang ke Jepang: Bagaimana Hal Itu Mengubah Meja Makan Jepang Modern

Makanan Barat Datang ke Jepang: Bagaimana Hal Itu Mengubah Meja Makan Jepang Modern

Siapa yang sangka bahwa saat Anda menikmati tonkatsu atau omurice di Jepang, Anda sebenarnya sedang merasakannya bagian dari sejarah yang cukup “gila”? Ya, kita akan berkeliling waktu ke era Meiji (1868-1912), ketika Jepang seperti seorang remaja yang baru saja menemukan dunia barat dan bertekad untuk mencoba segalanya – termasuk makanan mereka!

Awal Mula: Ketika Samurai Mulai Makan Roti

Bayangkan saja, samurai yang biasanya memegang pedang kini memegang garpu dan pisau barat! Itu adalah pemandangan yang cukup aneh bagi masyarakat Jepang saat itu. Sebelum era Meiji, Jepang sangat tertutup dan tidak terlalu familiar dengan kuliner barat. Tapi begitu pintu dibuka, orang Jepang seperti anak-anak di toko mainan – ingin mencoba semuanya!

Pemerintah Jepang pada saat itu berpikir, “Kalau Eropa dan Amerika kuat, pasti karena makanan mereka!” Jadi mereka memutuskan untuk mengadopsi makanan barat sebagai bagian dari modernisasi. Hasilnya? Kelahiran yōshoku – makanan Jepang yang terinspirasi barat, tapi dengan sentuhan Jepang yang khas.

Revolusi di Piring: Dari Nasi ke Roti

Perubahan drastis pertama terjadi pada menu makanan. Roti, yang sebelumnya tidak dikenal di Jepang, menjadi populer. Tentu saja, roti di Jepang tidaklah sama dengan roti di Eropa. Mereka menciptakan shokupan – roti yang lembut, manis, dan lebih seperti kue. Bayangkan samurai mencoba roti untuk pertama kalinya dan mengatakan, “Pedang ini bagus, tapi roti ini lebih enak!”

Kemudian ada makanan seperti tonkatsu (ayam atau babi goreng dengan tepung roti), yang sebenarnya adalah versi Jepang dari schnitzel Austria. Orang Jepang melihatnya dan berpikir, “Ini enak, tapi kita bisa buat lebih baik dengan menambahkan tepung roti Jepang!” Dan begitulah tonkatsu lahir.

Omurice: Cinta Segitiga antara Nasi, Telur, dan Barat

Salah satu contoh paling ikonik adalah omurice (omelet nasi). Bayangkan saja, seseorang di Jepang pada suatu hari memikirkan, “Apa jadinya kalau kita campur nasi Jepang dengan omelet barat?” Dan hasilnya? Hidangan yang menjadi favorit di mana-meka restoran Jepang hingga sekarang!

Omurice adalah contoh sempurna bagaimana yōshoku tidak hanya meniru makanan barat, tetapi menyesuaikannya dengan selera lokal. Saus tomat yang biasanya digunakan di omelet barat diganti dengan saus kental khas Jepang, dan di atasnya ditaburi nasi putih hangat. Ini seperti pertemuan dua dunia di satu piring!

Warisan Yōshoku di Meja Makan Modern

Hari ini, yōshoku telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya makan Jepang. Anda bisa menemukan bellasabingdon.com restoran yang khusus menyajikan yōshoku, dan bahkan di rumah tangga Jepang, hidangan seperti korokke (kroket) atau hayashi rice (semur daging) menjadi pilihan umum.

Yang menarik, yōshoku juga telah mengalami “inversi” – beberapa hidangan yang awalnya adalah adaptasi barat, kini menjadi sangat Jepang sehingga orang asing menganggapnya sebagai makanan Jepang asli. Ini seperti ketika seseorang memakai pakaian barat, tetapi dengan sentuhan Jepang, hingga akhirnya menjadi gaya baru yang unik!

Jadi,下次 kalau Anda makan di restoran Jepang dan memesan tonkatsu atau omurice, ingatlah bahwa Anda tidak hanya menikmati makanan lezat, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah yang penuh humor dan adaptasi budaya. Siapa sangka bahwa modernisasi Jepang bisa dimulai dari sebuah piring makanan? Itulah keajaiban kuliner – mengubah budaya, satu hidangan sekaligus!

Join The Discussion

Compare listings

Compare